Sebelum Islam hadir di tengah umat manusia, perempuan adalah sosok yang paling hina di mata para lelaki. Perempuan di masa Arab Jahiliyah hanya menjadi pelengkap kehidupan sosial, sarana pelampiasan nafsu, pekerja kasar, dan bahkan aib bagi keluarganya. Kondisi ini terjadi karena menurut mereka perempuan itu tidak memiliki fungsi yang menguntungkan bagi para laki-laki jahiliyah.
Satu hal yang menjadikan perempuan pada saat itu lebih terhormat daripada hanya sebagai pelampiasan nafsu para laki-laki, adalah mereka dapat melahirkan keturunan yang meneruskan kebangsawanan para lelaki.
Setelah Islam masuk, khususnya pada kehidupan masyarakat Arab Jahiliyah, perempuan memiliki kedudukan yang sangat urgen. Islam memandang kedudukan perempuan itu sama dengan laki-laki, yang membedakan keduanya hanyalah ketakwaan mereka di sisi Tuhan. Doktrin teologis ini telah ditegaskan Allah SWT sebagaimana termaktub dalam ayat al-Quran surat al-Hujurat ayat 13. “inna akromakum ‘indallahi atqokum” (sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu ialah mereka yang paling bertakwa), adalah tanda betapa mulianya Islam dalam menghargai posisi perempuan maupun laki-laki dengan standar ketakwaan yang dimiliki keduanya, bukan dengan status sosial yang disandang dan perbedaan jender.
Perempuan saat ini adalah sosok yang sangat kita butuhkan, tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan adalah figur yang sangat urgen dalam diri kita, akan tetapi banyak juga yang hancur karena perempuan.
Pada saat ini banyak perempuan yang terjun dalam karir dan perpolitikan, mereka banyak menjadi aktifis perempuan untuk melawan asumsi-asumsi yang merendahkan dirinya. Mereka berjuang agar tidak ada penindasan kembali seperti yang terjadi pada zaman Arab Jahiliyah. Sehingga dia juga ikut dalam ranah publik, kehadirannya ditunggu sebagai perwakilan kaum hawa, yang juga punya hak dalam ranah publik.
Agar perempuan tidak tersisihkan dan dipandang sebelah mata oleh orang banyak, maka kita selalu bereksistensi dan selalu berkreasi layaknya para laki-laki, ruang publik memberikan ruang khusus, baik dari segi pendidikan, politik maupun pekerjaan. Betapa mulianya perempuan saat ini, hal ini tentu tidak lepas dari peradaban Islam yang memandang perempuan sama dengan laki-laki, tidak memandang sebelah pihak.
Peran Kartini
Perempuan saat ini memiliki peran yang sangat luar biasa, baik dalam keluarga maupun ranah publik. Kalau kita ingat peran perempuan saat ini, tentunya tidak lepas dari perjuangan R.A Kartini yang terlahir ketika kultur kehidupan sehari-hari yang menempatkan perempuan pada posisi rendah, tugasnya hanya di dapur dan di kasur sebagai istri.
Dapat kita bayangkan betapa sulitnya mengubah kultur yang sudah mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Tapi hal itu tidak menyulitkan bagi seorang Kartini, dengan berbagai perjuangan dan kegigihannya, dia bisa merubah kultur yang menganggap rendah perempuan. Pahlawan yang satu ini sukses membuktikan bahwa perempuan juga bisa dan mempunyai potensi, hal ini menafikan bahwa perempuan tidak hanya hidup dalam lingkup dapur.
Dia adalah orang pertama yang mengentaskan persoalan sosial di tubuh kaum perempuan. Jadi tidak salah kemudian jika beliau dikatakan pahlawan di Indonesia, dan untuk mengingat jasanya setiap tanggal 21 April kita peringati sebagai Hari Kartini.
Dalam hal kepemimpinan atau dalam ranah publik, perempuan tidak mau kalah dengan laki-laki, sehingga kita tidak perlu heran ketika presiden ke-4 di Indonesia adalah perempuan, yaitu ibu Megawati Sukarno Putri. Dia adalah presiden perempuan pertama di Indonesia. Kepemimpinan ini membuka mata hati kita untuk melihat bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin bagi laki-laki. Bisa memimpin bangsa dan negara kita.
Pemikiran dan Tekanan yang Dihadapi
Pemikiran-pemikiran kritis dari RA. Kartini, banyak tercantum dalam surat-suratnya, yang dikirimkan kepada teman-temannya yang ada di Eropa. Isi surat itu banyak menjelaskan tentang kondisi sosial masyarakat pribumi, mengenai keluhan dan kritikan terhadap adat dan kebiasaan orang pribumi, khususnya Jawa. Menurut Kartini kebiasaan Jawa ini dapat menghambat kemajuan perempuan, dan dia berusaha mengubah kebiasaan itu.
Di antara isi suratnya ialah harapan pertolongan kepada pihak luar. Ia juga menggambarkan penderitaan perempuan Jawa yang dikungkung adat, tidak dapat duduk di bangku kuliah, usia dini harus kawin dengan laki-laki tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Cukup lengkap penderitaan perempuan Jawa ini. Maka dari itu, istri dari Adipati Rembang ini menginginkan kebebasan kepada perempuan dalam menuntut ilmu dan belajar. Sehingga dia menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: zelf-ontwikkeling (pengembangan diri), dan zelf-onderricht (instruksi diri), zelf- vertrouwen (percaya diri) dan zelf-werkzaamheid (motivasi diri) dan juga solidariteit (solidaritas). Semua itu atas dasar religieusiteit, wijsheid en schoonheid (yaitu ketuhanan, kebijaksanaan dan keindahan), ditambah dengan humanitarianisme (perikemanusiaan) dan nasionalisme (cinta tanah air).
Ide-ide di atas menjadikan dirinya menjadi sosok perempuan agung di mata kaum hawa. Berkat pemikiran-pemikiran beliau, perempuan saat ini bisa leluasa berada dalam dunia akademisi, politik, karir, tanpa ada kungkungan dari pihak lain.
Maka dari itu para perempuan saat ini harus banyak bersyukur karena dengan masuknya peradaban Islam dan Kartini di Indonesia para perempuan bisa bereksistensi dan berkreasi di ranah publik. Sehingga tidak ada lagi penindasan terhadap para perempuan, dan tidak ada lagi asumsi-asumsi miring terhadap perempuan saat ini.
Rafa & Hari*
0 komentar:
Posting Komentar