Kamis

Manusia Multidimensi

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna penciptaannya dibandingkan dengan makhluk yang lain. Mungkin banyak orang yang bilang bahwa perbedaan manusia dengan binatang terletak pada otaknya. Bagaimana tidak, fungsi dari cara mengaplikasikannya saja sudah berbeda. Binatang tak memiliki akal tapi  memiliki insting yang hanya dapat menangkap stimuli yang datang pada dirinya. Sedangkan manusia memiliki akal yang dapat mengorganisir, menginterpretasi, mempersepsi, serta mengembangkan stimuli yang datang pada dirinya. Manusia juga memiliki hati yang berfungsi untuk memobilisasi dirinya kepada tatanan yang suci, jauh dari keburukan, kekeruhan, kejahatan dan semacamnya. Dengan begitu manusia bisa mengatur hidupnya sendiri dengan baik.
akal merupakan sebuah permata yang hanya dimiliki oleh makhluk  unik layaknya manusia. Meskipun akal yang ada pada diri manusia ini merupakan akal terakhir (urutan paling rendah) dari sepuluh akal Tuhan, tetapi kecerdasannya  tidak                                                                                                                                                                       lebih dari kecerdasan akal sebelumnya. Manusia adalah orang yang berkuasa di bumi ini (tidak terlepas dari tujuan Tuhan menciptakan manusia sebagai kholifah fil ardl). Subur tidaknya tanaman, rusak tidaknya alam, sejahtera tidaknya masyrakat, baik tidaknya negara, aman tidaknya situasi, hancur tidaknya dunia sembilan puluh persen tergantung pada manusia itu sendiri sebagai seorang raja di bumi. Kekuatan akal dapat membantu kesejahteraan hidupnya, dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan begitu, manusia dapat membentuk kreativitas dirinya sesuai dengan kehendaknya, akan tetapi tidak boleh melenceng dari koridor ajaran agama masing-masing.
Selain memiliki permata, manusia juga memiliki mutiara suci yakni hati. Tidak ada yang tahu dimana tempat hati yang sebenarnya. Hati yang dimaksud di sini bukanlah hati jasmani/hati fisik atau yang biasa disebut jantung yang sering kali dibedah dokter, akan tetapi hati ruhiyah yang sangat inheren dengan aspek ke-tuhan-an. Sebagaimana disebut dalam hadits “sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Jika daging tersebut bagus, maka seluruh tubuhnya akan bagus pula dan jika daging tersebut rusak, maka seluruh tubuhnya akan rusak.” Dari hadits di atas dapat saya interpretasikan bahwa ada korelasi antara hati ruhiyah-saya menyebutnya- dengan hati jasmaniyah. Hati jasmaniyah dalam disiplin ilmu biologi disebut jantung. Jika jantung tersebut rusak, maka orang tersebut akan meninggal. Sebaliknya, jika jantung tersebut sehat, maka seluruh organ tubuhnya akan terjaga dalam artian jika yang bermasalah itu otot kaki, maka hal itu tidak akan mengganggu organ tubuh yang lain. Sedangkan hati ruhiyah kondisinya lebih menekankan pada baik-buruknya perilaku, sikap dan sifat seseorang. Sangat sulit untuk menilai baik-buuruknya seseorang, karena pada diri manusia terdapat beberapa stratum yang mana stratum paling luar (prilaku, tindakan atau prilaku yang tampak) dapat menutupi stratum setelahnya yakni kondisi hati. Contoh: orang yang selalu bershodaqoh, belum tentu barang yang dishodaqohkan itu adalah barang halal. Siapa tahu hasil mencuri atau merampas. Kita kan tidak bisa menilai seseorang dengan penilaian secara pasti. Itulah salah satu letak ke-unik-an manusia.
Sebuah semboyan orang arab menyatakan bahwa “hati adalah raja”. Seperti yang kita tahu bahwa raja adalah seorang penguasa yang memiliki panglima dan beberapa prajurit. Dapat dianalogikan bahwa raja itu hati, panglima itu akal, dan prajurit itu nafsu. Ketiganya mempunyai tugas masing-masing yang harus dikerjakan. Hati sebagai seorang raja memberikan instruksi-instruksi  yang sesuai dengan norma-norma ke-tuhan-an karena asal dari hati tersebut suci nan bersih. Akal sebagai panglima tubuh mengerjakan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuannya. Nafsu diumpamakan prajurit karena dia mempunyai derajat yang lebih rendah dari keduanya (hati dan akal). Nafsu ini bersifat destruktif, selalu mengarah pada dimensi-dimensi kejellekan, keburukan, keterpurukan, dan kotor. Layly*                        
                                                    









































































































































































0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes