Kamis

Jika Nafsu menjadi Raja



Bertahun tahun kita hidup,  sebagia seorang khalifah. Namun terkadang kita masih belum mengerti  hakikat kita sendiri. Siapa saya?
Ada banyak jawaban yang dari pertanyaan tersebut, tergantung sejauh mana kita menyelami diri kita sendiri melalui proses berpikirnya. Selama ini kita sering mengagungkan ”akal” sebagai media untuk mencari dan menemukan kebenaran—termasuk kebenaran hakekat diri kita sendiri
Padahal akal dalam diri manusia berfungsi untuk memproses apa yang akan dilakukan untuk tetap menjaga ”kemanusiaannya”. Namun, akal tidak bekerja sendiri, ada tiga komponen yang mengatur tindakan manusia,yang pertama adalah hati, yang kedua adalah akal dan yang ketiga adalah hawa nafsu, Sementara nafsu hanya sebagi pendorong untuk mencapai sebuah pekerjaan. Sementara nafsu di dalam diri manusia ada dua ada nafsu yang baik juga ada nafsu yang buruk. Seharusnya nafsu yang baik inilah yang harsu selalu kita gunakan seperti nafsu beribadfah, nafsu berbuat baiak, nafsu belajar dan sebagainya. Sementar nafsu yang buruk harus kita tinggalkan.
Mungkin jika diibaratkan dalam sebuah kerajaan hati itu merupakan rajanya, akal itu patihnya dan nafsu prajuritnya. Di dalam kerajaan setiap keputusan raja harus dipatuhi oleh rakyatnya. Begitu juga dengan diri manusia jika hati yang dijadikan raja, maka segala kebijakannya harus diikuti oleh komponen tubuh yang lain.
Jadi, setiap tindakan  harus mendapatkan pertimbangan dari hati, kemudian dicerna dengan akal, dan diikuti oleh nafsu. Namun manusia jarang sekali meminta pertimbangan hati untuk melakukan sebuah tindakan, kebanyakan manusia  melakukan tindakan dengan mengunakan hawa nafsunya, jadi terbalik bukan hati lagi yang menguasai akal, tapi nafsulah yang menguasai akal. Jika nafsu sudah menguasai akal maka setiap tindakan kita akan selalu merugikan orang lain. karena proses berfikirnya sudah tidak berdasarkan hati lagi.
Seperti seorang cowok ketika melihat seorang cewek, yang terlintas dalam fikiranya pasti adalah cantiknya, bodinya dsb sehingga timbul niatan-niatan yang jelek-jelek, fikiran yang seperti inilah yang dikuasai oleh nafsu yang buruk. Supaya tindakan kita selalu bermanfaat terhadap diri kita dan orang lain, kita harus meminta pertimbangan kepada hati.
Pertimbangan yang di keluarka oleh hati, di dalam psikologi di sebut dengan intuisi , dalam keadaan berfikir atau tidak jika menghadapi sebuah masalah intuisi ini akan memberikan sebuah solusi kepada diri kita.  Keputusan yang diberikan oleh intuisi adalah hal yang sangat baik namun intuisi tidak memberikan keputusan yang baik jika hati  kita telah di kendalikan oleh nafsu.
Indikasi orang yang akalnya di kuasai oleh nafsu,pertama orang itu cenderung selalu sombong. Dia akan selalu menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain orang yang seperti ini dia seolah-olah mampu memikirkan dan melakukan semuanya padahal orang yang berfikir positif yaitu orang yang merasa tidak mampu memikirkan semuanya. Sifat sombang inilah yang akan selalu memberika peluang  untuk menguasai akal.
Kedua orang yang akalnya dikuasai oleh nafsu dan akan selalu melihat sesuatu dari segi negatifnya saja tanpa melihat dari sudut positifnya. Pikiran yang ada pada orang yang seperti ini dia tidak pernah peduli tentang apapun yang ada di sekitanya dia hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain apa yang di lakukan oleh orang lain maka di anggap negatif olehnya sementara yang di lakukan oleh dirinya di anggap baik meskipun itu tidak baik.
Arief Encing.Prodi Komunikasi semester III*



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes