Senin

Antara Refleksi Dan Revitalisasi Gerakan


Tepat pada tanggal 17 April 2011, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) akan menyempurnakan usianya yang ke-51 tahun. Usia tersebut bagi ukuran seorang manusia modern adalah saat di mana kurang produktif lagi, tidak seperti tatkala masih berusia muda yang kebanyakan orang giat untuk mencari pengetahuan dalam usahanya mencari jati diri.
Tentu saja, perumpamaan usia serta kecenderungan antara institusi dan orang memang kurang tepat. Tapi, sebagaimana halnya mahluk hidup, institusi juga bisa lahir dan mati. Dalam konteks itu, penulis ingin memberikan penekanan bahwa kondisi PMII saat ini nyaris seperti orang tua sekarat yang sudah tidak lagi produktif meskipun masih dapat memberi manfaat bagi orang lain.
Telaah perjalanan pergerakan.
Tidak bisa dielakkan lagi pada mulanya, bahwasanya setiap kehadiran organisasi memiliki visi dan misi mulia yang sering diidentikkan dengan gerakan. Kandungan ide-ide kreatif dari setiap kader perlu diperhatikan dan ditransformasikan demi terwujudnya eksistensi dan nilai idealisme organisasi tersebut.
Mengingat usia pergerakan ini sudah lebih dari dewasa, sudah semestinya PMII memberikan wahyunya dalam perubahan ke arah yang lebih rahmatan lil ‘alaamin, baik di tingkat internal maupun eksternal.
Internal (kaderisasi)
Kekuatan internal PMII pada posisi ini sangat penting, sebab kader adalah bagian dari aktor utama pergerakan ini. Kader dalam PMII adalah salah satu ruh organisasi. Oleh karena itu, kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan.
Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan roda perjuangan sebuah organisasi. Kader dalam sebuah organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan untuk mengatur, mengelola, mengembangkan, dan lain sebagainya.
Pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon, Pertama, pelaku kaderisasi (subjek). Kedua, sasaran kaderisasi (objek). Sebagai subjek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang yang mempunyai jabatan atau masuk dalam struktur kepengurusan. Sedangkan objek dari proses kaderisasi adalah seorang kader yang memiliki komitmen dan tanggungjawab untuk melanjutkan visi dan misi PMII.
Inti dari sebuah kaderisasi yang ada di internal ialah memberikan media yang konkrit kepada kader baik di ranah skill maupun ranah ideologi agar kemampuan kognitif (wawasan ilmu pengetahuan), konatif (perilaku dan etik asosial), psikomotorik (kecakapan dalam berinovasi dan terampil), dana afektif (emosi dan perasaan), dengan pengarahan sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal organisasi.
Terlepas dari itu, secara historis akan lahirnya PMII juga menegaskan bahwasanya independensi PMII merupakan manifestasi dari kesadaran organisasi terhadap tuntutan kemandirian, kepeloporan, kebebasan berfikir dan berkreasi, serta tanggungjawab sebagai kader umat dan bangsa. Independensi PMII merupakan upaya merespon pembangunan dan modernitas bangsa dengan menjunjung tinggi nilai etik dan moral serta idealisme yang dijiwai oleh ajaran Islam Aslussunnah Wal Jama’ah.
Independensi di sini tidak juga selalu diartikan dalam kelembagaan atau institusional, akan tetapi kiranya perlu adanya nilai yang bisa disaring dalam pengembangan diri kader, yang mana independensi dapat pula diartikan sebagai tuntutan kreativitas kader agar tidak selalu menggantungkan pada orang lain, dan menyadari bahwasanya dalam diri setiap kader punya potensi yang bisa dikembangkan dengan melalui proses selanjutnya.

Eksternal (mandat sosial)
Di luar kondisi internal, PMII sudah dihadapkan dengan beberapa tantangan baru. Hal tersebut tidak lepas dari tanggungjawab moral selaku warga pergerakan yang menyandang mandat sosial.
Dalam kilasan sejarah, gerakan mahasiswa di Indonesia selalu berada dalam barisan depan dalam perubahan sosial. Gerakan mahasiswa saat ini cenderung tidak memiliki fokus dan visi bersama, sehingga yang tampak adalah gerakan mahasiswa terkesan hanya mobilisator dalam kancah politik praktis. Lebih dari itu, mereka disibukkan oleh isu-isu yang bersifat pragmatis. Maka dari itu, gerakan mahasiswa perlu direvitalisasi agar bisa menjawab berbagai problem sosial.
Bernard Shaw pernah berujar “progress is impossible without change, and those who cannot change their minds cannot change anything. Setiap zaman mengandung tantangan yang berbeda dikarenakan zaman yang terus berubah. Setiap perubahan tentunya menyiratkan pesan bahwa kemampuan adaptasi adalah kunci keberhasilan.Visi dan misi gerakan mahasiswa Indonesia mesti diarahkan pada fragmentasi proses perubahan sosial politik dan ekonomi saat ini.
Sebagai kader pergerakan dari organ yang tidak akan pernah luntur oleh masa (PMII). Ke depannya, saya berharap arah reformulasi dan revitaliasi gerakan PMII mampu diimbangi dengan pengembangan intelektual kader. Dengan begitu, arah desain gerakan yang dimiliki insan pergerakan akan tampak beda dengan organisasi lainnya,
Salam pergerakan!!!



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes