“Kesibukan kuliah dan kerja tidak menjadi penghalang bagi mantan aktifis PMII di luar negeri untuk berkreasi di negara orang”.
Dalam kunjungan ke rumah saudara saya di Kuala Lumpur, Malaysia, saya terpegun melihat keindahan rumah seorang TKI di Malaysia yang terlukiskan lambang NU(Nahdhatul Ulama’) di bagian gerbang depan rumahnya. Rumah yang berdiri megah dengan lambang NU yang mengandung unsur bintang 9 itu menarik perhatian saya. Saya tertanya-tanya, kenapa ada lambang NU di Malaysia? Padahal NU itu sendiri asalnya dari Indonesia.
Menurut tetangga yang menempati kawasan sekitarnya, pemilik rumah tersebut salah seorang usahawan yang kaya asal Lamongan. Dia mempunyai usaha menjual pentol dan tahu terbesar di Malaysia. Seorang usahawan yang fanatik terhadap NU di Malaysia sedia memfasilitasi teman-teman NU yang lainnya untuk berkumpul di rumahnya. Rumahnya dijadikan tempat pertemuan antara anggota NU yang menetap di Malaysia, baik penduduk tetap Malaysia yang berwarganegara Indonesia di sana, maupun mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang meneruskan pengajiannya di sana. Setiap bulan, kurang lebih dua kali akan ada rapat dan pertemuan antara anggota NUCIM di sana.
Thoriqul Haq (34), mahasiswa alumni Fakultas Adab, melanjutkan S-2 nya di University of Malaya jurusan Bahasa dan Linguistik merupkan salah satu mahasiswa yang bergerak aktif dalam pergerakan NU dan PKB di Malaysia. Dia menjabat sebagai wakil ketua NUCIM(Nahdhatul Ulama’ Cabang istimewa Malaysia) periode 2003-2005. Selain bergerak aktif sebagai mahasiswa, Thoriq banyak meluangkan waktunya untuk berkecimpung dalam kegiatan NUCIM.
Selain itu, Achmad Mu’idi (49),mahasiswa alumni Fakultas Syariah merupakan warga negara Indonesia yang saat ini berstatus penduduk tetap di Malaysia selaku Rois Syuriah NUCIM periode 2009-sekarang, juga melimpahkan seluruh tenaga dan pemikirannya terhadap pertubuhan NU di Malaysia sendiri demi mengembangkan ideologi yang tertanam dalam dirinya sejak dulu. Sebagai seorang guru di salah satu sekolah antarabangsa di Malaysia, dia masih tetap meluangkan waktunya untuk organisasi yang selama ini telah banyak memberi manfaat kepadanya dalam berbagai bidang, biarpun jadwalnya sebagai guru dan penceramah bebas sangat padat sewaktu-waktu.Banyak pencapaian yang telah dicapai oleh kedua figur di atas ketika berkecimpung dalam NU di Malaysia. Memandangkan banyak warga negara Indonesia yang menetap di Malaysia, baik TKI/TKW dan mahasiswa, pertubuhan NU di Malaysia sangatlah berfungsi kepada kebanyakan masyarakat Indonesia di sana. NU di Malaysia telah berhasil mengembangkan jaringannya dengan membentuk 5 ranting di seluruh Malaysia, yaitu bertempat di Kubu Gajah, Payajaras, Segambut, Kampung Sungai Kayu Ara dan Kampung Jawa.
Selain itu, NUCIM juga memfasilitasi permasalahan-permasalahan TKI/TKW untuk disampaikan kepada pihak KBRI(Kedutaan besar Republik Indonesia) di Malaysia. Bahkan, NUCIM Malaysia telah berpartisipasi dalam bantuan gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006 yang lalu dengan memberi bantuan berupa beras, makanan instan dan pakaian yang layak pakai. Jelaslah bahwa kreativitas kedua alumni IAIN Sunan Ampel, juga mantan aktivis PMII ini telah berhasil mengembangkan kreativitas mereka dalam berorganisasi di negeri orang.
Bukan itu saja, ternyata NU cabang istimewa di luar negeri tidak hanya di Malaysia, bahkan ia juga ada di Mesir. Hammis Shafaq, salah seorang alumni Universitas Al-Azhar, Mesir aktif di KMNU (Keluarga Masyarakat Nahdatul Ulama’). Sebagai seorang mahasiswa yang menjabat Pimred Buletin KMNU, dia sangat aktif dalam mengembangkan ideologinya sebagai seorang mahasiswa Indonesia yang kreatif. Hammis bergerak aktif dalam pengembangan ilmu KMNU. Sama seperti keadaannya di Malaysia, golongan yang aktif dalam KMNU sendiri terdiri dari golongan diplomat, mahasiswa dan TKI/TKW Indonesia yang menetap di Mesir.
Berbagai aktifitas dijalankan demi menghidupkan kegiatan KMNU, di antaranya pelatihan kader, kajian keilmuan, bazar, tour dan lain-lain lagi. Hammis yang melanjutkan pengajian S-1 nya di Mesir dengan mengambil jurusan Studi Islam dan Bahasa Arab (1995-1999) sangat aktif dalam organisasi-organisasi yang diikuti oleh kebanyakan mahasiswa Indonesia. Hammis tidak saja mengerah tenaganya untuk KMNU, bahkan intelektualitasnya juga dikembangkan ketika mengikuti KMNU. Dosen Fakultas Ushuluddin, IAIN Sunan Ampel ini mengatakan bahwa banyak manfaat yang diperolehinya dari organisasi yang telah dia ikuti ketika di Mesir dulu.
Pada dasarnya, pembentukan pertubuhan NU cabang istimewa di luar negeri disebabkan oleh jumlah masyarakat NU Indonesia yang banyak di Malaysia dan Mesir. Banyak pencapaian yang telah dicapai oleh ketiga-tiga alumni IAIN Sunan Ampel ini sendiri dalam organisasi yang diceburi oleh mereka ketika di rantau orang. Rupanya,semangat berorganisasi di PMII ketika menjabat sebagai mahasiswa di bangku perguruan tinggi Indonesia tidak terhenti begitu saja.Thoriqul Haq dan Achmad Mu’idi tetap bersemangat untuk mengembangkan ideologi yang mereka pegang dari dulu dan terus berjuang di negeri orang.
Jelaslah bahwa, semangat dan kreativitas seseorang yang sudah terbiasa bergerak aktif dalam sesebuah organisasi tidak terhenti begitu saja. Faktor yang membuat hal ini menarik adalah perjuangan mereka bukan saja diterima oleh masyarakat Indonesia yang bermastautin di sana, bahkan masyarakat asli sana juga bisa menerima baik ideologi yang dibawa mereka, yakni Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Faktanya bisa dilihat ketika ada di antara pengurus-pengurus NU Cabang Istimewa Malaysia yang diundang untuk mengisi pengajian dan memberikan ceramah kepada orang-orang melayu dalam sesuatu acara. Hal ini sangat membanggakan kita semua sebagai rakyat Indonesia.
Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa kegiatan aktifis PMII tidak terhenti di bangku perkuliahan saja. Bahkan ia terus aktif dalam organisasi yang sealiran dengannya walaupun di negeri orang sekalipun. Mereka tetap berkarya dan mengembangkan skill yang mereka punya. Ternyata faktor usia dan tempat bukanlah penghalang bagi mereka.
1 komentar:
ikut komentar ya....!!!
maaf tulisan alurnya kurang tertata rapi dan kontennya cenderung mengkultuskan individu, mungkin individu itu temen dekat, alumni almamater, pacar atau bahkan seorang ayah. mungkin lebih tepat tulisan ini dimasukkan dalam segmen profil tokoh agar lebih spesifik. ending tulisan yang antiklimaks mungkin penulis kurang elaborasi dn explorasi lagi......
piissss !!!by;sinbad
Posting Komentar