Senin

Masihkah Organisasi Kampus Diminati?


Organisasi ekstra kampus pada dasarnya merupakan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan wahana keilmuan. Baik keilmuan secara akademis, maupun hanya sekedar mencari sebuah pengetahuan, untuk menambah wawasan sebagai mahasiswa selaku agent of control dan agent of change.
Namun, saat ini banyak mahasiswa yang tidak minat terhadap organisasi ekstra kampus. Survei yang dilakukan oleh Corong terhadap 100 mahasiswa Fakultas Dakwah dari semua jurusan telah dilaksanakan untuk mengetahui ketertarikan mahasiswa terhadap organisasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan terhadap organisasi. Responden terdiri dari mahasiswa semester dua, empat dan enam. Hasil mebuktikan bahwa  presentase mahasiswa yang tidak minat terhadap organisasi ekstra kampus sebesar 13,8%, sedangkan yang minat terhadap organisasi ekstra kampus presentasenya sebesar 16,1%. Adapun, presentase sebesar 59,8% menunjukkan sikap mahasiswa yang netral terhadap organisasi ekstra kampus, dan 9,2% memilih untuk tidak merespon tentang keberadaan organisasi ekstra di kampus. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa lebih bersikap ambigu dan tidak berminat untuk mengambil tahu tentang kewujudan organisasi ekstra dalam segala hal.
Hasil survei menunjukkan bahwa organisasi ekstra bermutu di mata mahasiswa  sebesar 23,0%, tidak bermutu sebesar 14,9%, netral sebesar 48,3% dan 12,6% nya lagi memilih untuk tidak menyikapi hal ini. Jelaslah bahwa sebagian besar mahasiswa sekarang memilih untuk tidak mengambil tahu tentang organisasi kampus. Keberadaan organisasi ekstra tidak lagi menjadi daya tarik kepada mahasiswa sebagai media lain selain mengikuti sesi perkuliahan di kampus untuk mengecap kemajuan.
Banyak faktor yang bisa menjadikan sebuah organisasi itu tidak berkualitas. Berikut  ada empat faktor yang membuat organisasi ekstra kampus tidak lagi diperhatikan oleh mahasiswa.  Pertama, faktor  kualitas aktifis dalam sebuah organisasi mencatat presentase yang paling tinggi yaitu sebanyak 41,4 %. Dengan ini, responden menganggap bahwa kualitas aktifis dalam organisasi merupakan faktor yang paling penting dalam memicu mutu kualitas organisasi ekstra kampus. Akan tetapi untuk saat ini aktifis organisasi kampus tidak berkualitas. Aktifis sekarang cenderung tidak memiliki intelektualitas yang bagus. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kajian antar sesama aktifis. Mereka hanya cenderung membicarakan persoalan-persoalan yang tidak penting. Selain itu, aktifis organisasi ekstra tidak  mau untuk belajar mandiri. Mereka sering mengulur-ulur waktu untuk melakukan kajian keilmuan.
Faktanya, aktifis organisasi ekstra tidak memiliki keunggulan dalam bidang akademis, karena mahasiswa yang menyandang aktifis lebih suka untuk tidak masuk kuliah, dengan alasan ada kegiatan organisasi yang lebih penting. Selain itu, aktifis organisasi banyak yang tidak memiliki skill baik dalam bidang tulis-menulis,  interpreneur maupun dalam bidang yang lain.
Kedua, faktor organisasi mencatat presentase sebesar 19,5%. Organisasi ekstra kampus saat ini tidak memiliki SDM (sumber daya mahasiswa) yang baik, sehingga kepengurusan di organisasi ekstra  kampus tidak berfungsi. Akibatnya, organisasi mengalami stagnan. Tidak ada perkembangan dalam menjalankan roda organisasinya. Buruknya manajemen dalam organisasi ekstra kampus juga menjadi pertimbangan mahasiswa untuk tidak mau ikut bergabung.
Selain itu banyak program-program organisasi kampus yang tidak jelas arah tujuannya. Sehingga banyak mahasiswa yang belum mengerti pentingnya mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi ekstra kampus. Hal ini bisa diakibatkan oleh minimnya komunikasi dan penyampaian informasi  yang dilakukan oleh organisasi ekstra kampus terhadap mahasiswa.
Ketiga, faktor ideologi juga menjadi penyebab tidak diminatinya organisasi ekstra kampus yaitu sebesar 18,4%. Mahasiswa menilai bahwa organisasi ideologi kampus cenderung hanya menonjolkan kepentingannya sendiri tanpa melihat organisasi yang ideologinya berbeda, sehingga kader organisasi ekstra tidak bisa serius dalam belajar. Mereka hanya disibukkan dengan konflik antar ideologi yang pada dasarnya memang tidak bisa disatukan, karena ideologi sifatnya subjektif, tidak bersifat objektif.
Tidak hanya itu, organisasi ideologi cenderung hanya memikirkan politik, sehingga akhirnya akan menjadi pemacu terjadinya konflik antar sesama organisasi. Akibatnya mahasiswa akan saling membenci.
Keempat, mahasiswa yang menjawab lain-lain presentasenya sebesar 19,5%. Hal ini merupakan penilaian mahasiswa terhadap organisasi tanpa melihat aktifis, organisasi, serta ideologinya. Mereka melihat dari kaca mata diri mereka sendiri. Keterbatasan pengetahuan terhadap organisasi serta persoalan-persoalan yang ada dalam internal mahasiswa, seperti, malas berorganisasi dan ketidak pahamanan terhadap organisasi membuat mereka tidak tertarik terhadap organisasi ekstra kampus.




2 komentar:

Unknown mengatakan...

Menarik untuk dibaca. Terutama untuk kalangan aktifis.
Terima kasih, gan..

Ma'arif mengatakan...

Bisa minta hasil survey lengkapnya??? (untuk penulisan skripsi). Mohon di konfirmasi ke WA: 081354821004 a.n. Arif. Terimakasih

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes