Jumat

Mengapa Harus Dirayakan?

Banyak orang menyambut tahun baru di dunia dengan meriah, tidak terkecuali agama Islam dan Kristen, setelah tahun baru Hijriyah, ummat Islam kemudin merayakan tahun baru masehi. Beda lagi dengan orang Kristen yang merayakan dua perayaan yaitu natal dan tahun baru Masehi. Bagi ummat Islam perayaan tahun baru masehi dimeriahkan dengan membaca surat Al-quran (yasinan) bagi yang meramaikannya. Sedangkan ummat Kristiani memeriahkan hari natal dengan membagikan Ampau atau dengan menghias pohon natal,rumah-rumah mereka dan gereja-gereja.
Akan tetapi perayaan tahun baru Masehi tidak jauh berbeda antara ummat Islam dan Kristiani dalam meramaikan dan memeriahkannya. Yaitu dengan membakar kembang api, hura-hura, arak-arakan di jalan dan semua hal yang berbau hidonis.
Fakta sosial seperti inilah yang perlu di kaji ulang mengapa ketika tahun baru Masehi semua orang (Islam) khususnya, mayoritas ummat islam bersiap-siap menyambutnya,  sedangkan tahun baru Hijriyah  yang notabennya adalah tahun baru milik Islam sendiri malah tidak seramai pada tahun baru Masehi, Cuma segelintir orang yang meramaikan atau memeriahkan tahun baru Islam (Hijriyah).
Malahan di Mesir perayaan tahun baru di warnai oleh pengeboman terhadap ummat Kristiani  yang menewaskan 20 orang dan 21 yang lainnya luka-luka. Lalu siapakah pelakunya? Sesuai dengan data yang di diskripsikan oleh KOMPAS diduga kelompok islam Al-qaeda sebagai biang kerok dari semua itu.
Lagi-lagi kekerasan yang terjadi, agama yang kemudian menjadi batu loncatan dari fenomena tersebut. Ternyata kontroversi teks dan konteks tidak lagi bisa di korelasaikan bagi orang-orang yang cuma memahami satu pemahaman saja (teks atau konteks). kelompok islam Al-qaeda a contohnya hanya cukup memahami teks, sehingga mengambil keputusan sesuai dengan teks juga, akibatnya seperti yang di Mesir.
Kekerasan seperti inilah yang kemudian menjadi momok di kalangan kita, yang kemudian berdampak fatal terhadap image agama Islam. Maka dari itu paham Aswajalah yang kemudian harus dimiliki semua umat Islam agar tidak ada kekerasan lagi yang mengatas namakan agama. Dan masyarakat kita menjadi masyarakat yang sesuai dengan paham Asawaja yang toleran, plural , serta adil.

TAHUN BARU MENURUT ISLAM
Adakah perayaan tahun baru Masehi di kitab Al-quran? Dan bagaimana hukumnya menurut Islam? Pertanyaan yang sangat urgen bagi kita semua yang perlu di jawab.
Sebenarnya perayaan tahun baru tidak ada di kitab Islam (Al-quran), Hadis , Ijma’ dan Qiaspun tidak menjelaskan tentang perayaan tahun baru Masehi, baik secara qauli maupun naqli.dalam kitab perjanjian lama dan baru umat kristenpun tidak ada.  semua itu hanyalah inisiatif manusia saja yang sudah menjadi budaya dan kemudian di desain seindah mungkin sehingga terkesan mewah dan indah. Sebenarnya, Kalau perayaan tahun baru Masehi  memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi manusia itu sendiri maka sah-sah saja, kerena Islam adalah Ramatal lil alamin. Akan tetapi apabila sebaliknya yaitu mengandung atau menimbulkan mudharot dan berlebih-lebihan dalam merayakannya, maka Islam melarangnya sesuai dengan penjelasan di dalam Al-quran di surat Al-baqarah dan Al-hijr: mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azabnya dan mereka tidak akan ditolong. (Al-baqarah 26).
biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan di lalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui akibatnya. (Al-hijr 3).
Jadi teks Al-quran di atas jelas menyebutkan bahwasanya manusia yang larut akan kehidupan dunia tanpa memikirkan kehidupan akhirat dan berlebih-lebihan dalam hidupnya maka dia akan mendapatkan azab dari Allah. Oleh karena itu tahun baru Masehi tidak penting untuk di meriahkan atau dirayakan apalagi sampai berlebihan, maka yang di dapatkan cuma kesenanagan yang sifatnya sementara (dunia), yang kemudian kita akan menjadi penghuni neraka pada saatnya nanti. Tragis memang hidup ini ketika  kita tidak lagi mepunyai filter untuk menghadapi hidup ini maka yang terjadi kita jadi ikut arus (gaya barat) yang kemudian di adopsi oleh kita. Al-quran yang semestinya menjadi petunjuk hidup manusia malah Cuma di jadikan simbol agam saja, seakan Islam formalitas semata. Pergeseran nilai inilah yang kemudian akan membinasakan manusia itu sendiri.

REFLEKSI
Di tahun baru ini (2011) maka kita harus melalukan refleksi diri (intropeksi) agar kita lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, yang bertingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Yang terpenting mngevaluasi pada diri kita dulu, maka baru kita mengevaluasi orang lain. Jadi tahun baru Masehi cukuplah kita rayakan dengan berbuat baik kepada sesama dan tidak usah di meriahkan dengan sangat berlebihan agar kita selalu dalam lindungannya. Cukuplah kita sambut tahun baru dengan intropeksi diri dan senyuman, maka semua itu cukuplah berarti dari pada di meriahkan secara berlebihan, dengan menguras tenaga dan materi. Karena esensi dari perayaan tahun baru itu ialah kita harus lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

HARAPAN
            Kita sekarang yang terpenting bagaimana bisah membenahi diri kita sebagai ummat Islam pada khususnya, dimana kita harus sesuai dengan visi manusia yaitu Kholifa Fil’ardi, harus memberikan  contoh yang baik bagi manusia yang lain. Dan bagi pemerintah harus membenahi dirinya dan memberi solusi bagi problem Negri ini, agar tidak seperti tahun sebelumnya dimana banyak kasus tapi tidak ada solusi yang bisa menyelesaikan problem-problem negara. Hari**



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes