Jumat
Pengemis Intelektual
Pengemis intelektual disini ialah dimana para intelektual menjual kepintarannya dengan tujuan agar keintektualannya di akui dan di apresiasikan, berbagai cara dilakukan salah satunya dengan cara mengemis kepada para penguasa di negri ini.
Realita yang riil di kalangan intelektual khususnya di negri kita ini adalah penjiblakan terhadap kariya-karya orang lain, yang kemudian di publikasikan atas nama dirinya sendiri. Begitu ironi para intelektual di negri kita, dimana para intelektual tidak punya ruang untuk mengekpresikan apa yang dia punya atau dia dapatkan dimasa yang lalu pas saat dia menemba ilmu.
Ketika berbicara intelektual ada dua macam intelerktual yang perlu di bahas yaitu intelektual organik dan intelektual tradisional dimana intelektual yang ada di negri kita ialah intelektual tradisional dimana para intelektual harus mengemis dulu kepada para penguasa agar intelektualnya di hargai dan di aprisiasikan, dan kemungkinan besar para intelektual ini mengalami invensi sikap yang biasanya kritis menjadi tidak kritis dan tidak peka lagi terhadap fakta sosial yang ada di sekitarnya. karena dia sudah masuk dalam lingkungan kekuasan dan mengepresikan intelektualnya harus sesuai dengan lingkungan kekuasaan itu sendiri agar intelektualnya di hargai dan dirinya tetap berada dalam lingkungan kekuasaan. ini juga bisa di katakan teknologi kekuasaan dimana pengetahuan menjadi batu loncatan agar kekuasaan tertap menjadi miliknya, jadi yang riil para intelektual di negri kita harus mengemis dulu agar intelektualnya di publikasikan dan diterima oleh massa.
Fakta sosial yang riil di negri kita banyak para CPNS yang kemudian harus menyogok dulu agar intelektualnya di publikasikan dan bisa diterima oleh massa. maka dari itu pengemisan yang seperti ini yang menjadi momok yang berdampak negatif terhadap image negeri kita umumnya dan kepada bangsa khususnya. Dengan adanya fakta sosial diatas jelaslah sudah bahwa pengemisan intelektual menjadi kewajiban bagi bangsa kita agar intelektual kita di terima oleh massa.
Beda halanya dengan negara amerika dimana setiap para intelektual di berikan apresiasi dan di beri ruang untuk mengepresikan intelektualnya sehingga para intelektual disana tidak harus mengemis intelektual agar intelektualnya bisa diterima masa dan di hargai, dan di sisi lain mereka mempunyai paradigma bahwa mereka para intelektual akan menjadi orang yang akan menjadikan negarinya maju dengan intektualnya. lain lagi dengan negri kita yanng tidak mempunyai paradigma seperti paradigma yang di miliki amerika maka dari itu faktanya negri kita ketinggalan jauh dari amerika faktor yang sangat dominan ialah kurangnya ada intervensi dari pemerintah dalam pengembangan intelektuial dan pengapriasian terhadap para intelektua di negri kita sehingga pelacuran intelektual marak dilakukan para intelektual di negri kita ini.
Menurut karl poper dalam bukunya sosiologi pengetahuan karyanya Karl Manheim epistemologi pengetahuan dan sosiologi pengetahuan tidak akan bisa menyatu, dan pengemis intelektual tidak akan hilang di negri kita selama sosial budaya tidak bisa dirubah dan pengaprisiasian epistemologi tidak diaplikasikan.
Contoh kasus kalau Pak Karwo bersosialisasi langsung dengan masyarakat jawa timur khususnya. maka semua orang akan ngangguk-ngangguk dan nurut dengan perkataan dia. akan tetapi kalau kita yang bicara pada mereka meskipun bilang menurut teori Karlmax dll, yang kedengarannya sangat berbobot maka tidak akan di dengarkan, ini adalah dampak dari sosial budaya yang masih melekat kepada masyarakat kita. maka dari itu untuk menghilangkan pengemisan intelektual di negri kita ini salah satu ialah seperti yang di sebutkan diatas ialah dengan merubah sosial budaya dalam masyarakat kita atau mengepresikan epistemology yang telah kita dapatkan.
Jadi para intelektual di negri kita di pertanyakan keintelektualannya, apa sudah di aplikasiakan atau tidak kalau menurut Iknas Fredon apakah ilmu yang didapat untuk ilmu atau ilmunya untuk amal. maka dari itu kalau ilmu untuk ilmu kemungkinan besar pengemisan intelektual tidak akan terjadi karena aplikasinya untuk kepentingan ilmu itu sendiri, akan tetapi sebaliknya kalau ilmu untuk amal kemungkinan besar pengemisan intelektual akan terjadi karena disini ada tujuan agar intelektualnya dihargai atau di apresiasikan.
Karl Poper juga menyebutkan dalam bukunya bahwa manusia di batasi tiga batasan yaitu psikologi, sosiologi, epistimologi. Dimana ketiga batasan ini sangat signifikan dalam pengaplikasian epistemology tapi yang membatasi pengaplikasian epistimologi ini ialah sosiologi karena di negri kita ini masyarakatnya masih identik dengan kekuasaan, dimana kekuasaan adalah paradigma fundamental yang begitu urgen menurutnya. Sehingga pelacur intelektual marak di negri kita ini antisipasi atau langkah untuk menghilangkan paradigma seperti ini negri kita harus ada invensi paradigma, agar Negara kita sama dengan Negara eropa sererti amerika yang mayoritas masyarakatnya tidak menjadi pengemis intelektual karena disana para intelektual di beri apresiasi dan di kasih ruang untuk mengapresiasikan intelektualnya.
Jadi pengemisan intelektual di negri kita ini bisa hilang atau tidak akan ada lagi yang namanya pengemisan intelektual di negri kita ini dengan beberapa faktor:
Pertama: adanya intervensi dari pemerintah terhadap para intelektual dengan adanya upaya memberikan apresiasi terhadap para intelektual dan memberikan ruang untuk mengekpresikan intelektualnya.
Kedua: dengan adanya upaya menghilangkan sosial budaya yang ada pada masyarakat kita dimana mereka memandang atau mempunyai paradigma bahwa kekuasaan yang sangat urgen baginya.
Ketiga: menunjukkan eksistensi dengan cara mengaplikasikan epistemologi se kreatif mungkin agar oarang-orang percaya kepada kita bahwa kita mempunyai bakat atau kemampuan dalam mengatisi segala hal.
Dengan tiga faktor di atas maka pengemisan intelektual di negri ini kemungkinan besar akan hilang dengan sendirinya. Dan negri kita akan mulai sama dengan negara amerika, dimana disana tidak ada pengemisan intelektual karena faktor-faktor diatas sudah di aplikasikan disana sehinngga para intelektual disana tidak harus mengemis kesana-kesini seperti di negri kita ini. Hari**
0 komentar:
Posting Komentar