Sejak zaman dulu, perempuan sering dinomorduakan di dalam berbagai hal. Laki-laki sering diagung-agungkan dan peranan seorang perempuan pula selalu dilecehkan. Perempuan dianggap tidak bisa melakukan apa-apa, sehingga kepercayaan tidak diberikan sama sekali terhadap seorang sosok yang bernama perempuan. Perempuan tidak pernah diberikan peluang untuk mengembangkan intelektualitas mereka. Hal ini terbukti ketika perempuan tidak mendapat hak yang selayaknya seperti kaum laki-laki. Hak tersebut termasuk hak pendidikan, berpolitik, hak untuk memiliki dan pekerjaan.
Kualitas kinerja dan intelektualitas perempuan dipersoalkan dan tidak ada toleransi dalam hal ini. Bahkan, pada zaman Jahiliyah, sang bapak sanggup untuk menanam hidup-hidup anak perempuannya, hanya karena menganggap anak perempuan mereka pembawa sial. Mereka khawatir kalau kelahiran anak perempuan mereka hanya membawa malapetaka kepada kehidupannya kelak.
Pemikiran kuno inilah yang masih merajalela sampai hari ini. Masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa fungsi seorang perempuan hanya sebatas di rumah. Pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya yang mencetuskan aliran Feminisme. Secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomorduakan oleh kaum laki-laki (maskulin) dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik khususnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, paradigma bahwa pemikiran perempuan lebih lemah dibanding laki-laki semakin terhapuskan. Perempuan sekarang cenderung untuk memperbaiki kualitas diri mereka dalam berbagai bidang. Termasuk dalam bidang sosial, politik dan pendidikan. Bahkan, mereka membuktikan kalau mereka bisa bersaing hebat dengan laki-laki dari bermacam hal khususnya dalam hal intelektual dan kinerja. Hal ini tidak bisa dipersoalkan lagi. Banyak figur wanita yang telah berhasil mencatat nama dan sejarah di dunia ini. Sebagai contoh Nurul Izzah Anwar Ibrahim dari negara seberang, Malaysia yang telah banyak dikenali orang.
Nurul Izzah telah memperjuangkan dan membela nasib ayahnya, Anwar Ibrahim yang telah dizalimi. Anwar Ibrahim merupakan mantan wakil Perdana Menteri Malaysia. Pada 2 September 1998, Anwar Ibrahim telah dipecat secara tidak hormat karena tuduhan melakukan tindakan yang tidak senonoh (sodomi) yang ditujukan kepadanya. Namun, sebagian pengamat internasional mengatakan bahwa tindakan itu karena terjadi perselisihannya dengan Perdana Menteri Mahathir Mohammad terutama ketika krisis 1997 melanda Malaysia. Anwar Ibrahim dikatakan telah mengkritik konsep pembangunan Malaysia dan adanya dugaan korupsi di dalam penyelenggaraan negara serta manuver-manuvernya yang dianggap membahayakan pemerintahan Mahathir. Pada saat itu, Malaysia mengalami gelombang gerakan reformasi pada pertengahan 1998, setelah gerakan reformasi di Indonesia yang berujung pada tumbangnya pemerintahan Presiden Soeharto. Penahanan dan proses pengadilan yang dialami beliau mendapat sorotan dari berbagai kalangan aktifis HAM dan demokrasi baik di dalam negeri maupun internasional, namun tidak mampu mengubah keputusan institusi pengadilan Malaysia yang menyatakan beliau bersalah dan tetap menjalani hukuman.
Atas tuduhan korupsi, Anwar Ibrahim dihukum selama 6 tahun penjara. Namun, hukuman tersebut tidak terhenti begitu saja. Anwar Ibrahim dituduh untuk yang kedua kalinya dengan kasus sodomi dan dia dijatuhkan hukuman penjara 9 tahun lagi. Pihak keluarga dan setengah pihak menganggap tuduhan tersebut sebagai satu fitnah untuk menjatuhkan karir politik Anwar Ibrahim dan menghancurkan keutuhan keluarga mereka.
Ketika kasus ini melanda Anwar Ibrahim, umur Nurul Izzah baru menginjak 18 tahun. Namun begitu, hal ini tidak mematahkan semangatnya sedikit pun. Puteri yang berkelahiran tahun 1980 ini tetap semangat membela nasib ayahnya bersama-sama ibunda tercinta, Wan Azizah Wan Ismail. Nurul Izzah bahu-membahu dengan ibunya membela martabat keluarga. Saat Wan azizah dilarang berbicara kepada Pers, Nurul Izzah yang mengambil peran tersebut.
Nama Izzah membesar bersama gelombang reformasi setelah ayahnya, Anwar Ibrahim dipecat pada September 1998. Wajahnya muncul di TV setelah menemui Presiden Filipina, minggu kedua ayahnya ditangkap dan di penjara. Bayangkan, seorang gadis yang masih 18 tahun sudah bisa mengembangkan jaringannya, baik dalam negeri maupun internasional.
Di balik apa yang menimpa keluarganya, Izzah merupakan antara pelajar terbaik di UNITEN (Universitas Tenaga Nasional) ketika tamat belajar. Izzah merupakan mahasiswa jurusan elektrik dan elektronik dari Universitas Tenaga Nasional dan menyambung pengajiannya di Universitas John Hopkins di Washington DC, AS untuk mendapatkan gelar S-2 dengan jurusan hubungan internasional.
Perjuangan Izzah untuk menegakkan keadilan di negerinya tidak terhenti begitu saja apabila ayahnya dibebaskan dari penjara pada tanggal 2 September 2004. Izzah masih tetap aktif di dunia politik dan dia telah terpilih menjadi ahli parlemen Lembah Pantai. Sampai sekarang, Izzah tetap aktif dalam dunia gerakan reformasi dan dia adalah anggota Forum Pemimpin Perempuan Antar bangsa. Walaupun sekarang dia sudah menjadi ibu kepada cahaya matanya, namun Izzah tetap eksis sebagai aktifis politik perempuan yang tegar dalam agenda memperjuangkan keadilan rakyat. Karena semangat memperjuangkan keadilan ini, Nurul Izzah dijuluki “Puteri Reformasi”.
Semangat Nurul Izzah ini, bukan saja menaikkan martabat keluarganya di mata dunia, bahkan Izzah adalah salah seorang yang telah membuktikan kepada dunia bahwa perempuan juga bisa menunjukkan kehebatan mereka dalam bidang politik, sosial dan pendidikan. Yang dulunya sangat diremehkan oleh kebanyakan orang. Itulah Nurul Izzah, puteri reformasi yang menjadi kebanggaan keluarga serta masyarakat. Kita sebagai kaum perempuan seharusnya mencontoh semangat perjuangan Nurul Izzah untuk membela nasib diri, keluarga, masyarakat dan negara.
Eny Mafruhah, Psikologi IV*
0 komentar:
Posting Komentar